Jumat, 27 Desember 2013

Chapter One

Media sosial seperti Facebook, Twitter, dan masih banyak lagi menurutku tidak penting. Tapi itu dulu. Setelah aku sering mengakses jejaring sosial tersebut, aku merasakan sesuatu yang kurindukan bisa kulihat dan kusapa lewat jejaring sosial. Seperti teman-teman SMA-ku yang dulunya kami selalu bersama-sama, sekarang kami berpisah. Kami punya dunia baru masing-masing. I have many friends now, and their too.
Aku bahagia di duniaku yang baru, mereka pun bahagia di kehidupan mereka yang sesungguhnya. Putih abu-abu yang dulu kami kenakan hanyalah sebagai awalan untuk menuju kedewasaan. Dimana menggunakan putih abu-abu hanya digunakan tiga tahun silam dan semua sudah berakhir.
Sewaktu itu, aku melihat teman-teman SMA-ku di beranda Facebook. Mereka mengunggah foto mereka dengan teman-teman baru mereka. Entah mengapa aku terharu, aku senang, aku lega. Dalam hatiku mengatakan, "oh, mereka sudah punya teman baru. Aduh, mereka semakin hari semakin cantik dan tampan. Mereka tampak bahagia di foto terbaru mereka bersama teman-teman barunya".
Seolah-olah, waktu secepat kedipan mata saja. Aku ingat betapa serunya saat kami berlibur ke Bali, foto bersama-sama. Bersenang-senang di pantai, rasanya aku ingin seperti itu lagi dengan teman-teman SMA-ku.
Aku tidak akan alim jika tidak bertemu dengan teman-teman SMA-ku. Lingkungan berpengaruh pada diri seseorang dan seseorang itu aku. Aku yang dulunya pemalas dan hanya suka bersenang-senang dengan hal yang tidak bermanfaat, dengan adanya hantaman dari mereka aku pun jadi tahu. Mereka perlahan mengubahku menjadi lebih baik dan aku merasa aku ada di dunia ini.
Sejak kelas 3, jika di tanya 'kamu mau melanjutkan studi ke mana?' dan aku menjawab, 'Insya Allah di Sastra Indonesia', dan mereka sedikit meremehkanku. Namun aku membuktikan dari prestasiku dalam bidangku, dan akhirnya mereka mulai meyakinkanku bahwa aku memang cocok mengambil jurusan itu. Aku suka dengan cara mereka menyemangatiku. Begitu pula aku, aku selalu yakin mereka bisa meraih cita-cita mereka. Sekarang, semua itu terjadi dengan indahnya.
Aku ingat saat aku merasa tertekan dengan tuntutan pendidikan yang menuntutku untuk menjadi seorang pelajar yang jenius, mereka ada di sampingku. Mereka selalu meyakinkan aku untuk terus maju. Mungkin mereka akan mengatakan aku berlebihan, biarlah. Dengan cara ini aku berusaha mengucapkan terima kasih pada mereka yang pernah mengenalku. :)
Mungkin itu tidak akan terjadi, tapi aku yakin suatu saat aku bisa bersenang-senang meskipun tanpa mereka.
Untuk teman-teman SMA, SMP, SD, aku rasa kalian salah satu dari perubahan caraku untuk berpikir betapa dalamnya arti pertemanan. Tidak ada salahnya jika aku terharu, tersenyum, tertawa melihatmu semua bahagia. Akan tetapi jangan sampai kau melupakan temanmu. Kalau kau lupa, itu tandanya kau melupakan sejarah bagaimana kau bisa berada di titik kebahagiaan.

T.A.D.D