Selasa, 29 Desember 2020

Cara Promosi Wattpad Dengan Sabar



Hai, penulis Wattpad sejagad raya. Semoga diberi kesehatan selalu.

Postingan kali ini, tentang Wattpad. Iya, udah basi emang mengulas tentang Wattpad di tahun sekarang. Sebenernya, dunia oranye ini sudah booming sejak tahun 2012 lalu. Sebagai calon penulis, aku melewatkannya sampai di tahun 2018. Kesalahan yang bertubi-tubi menurutku. Tapi aku nggak mau menyerah sampai di sini. Aku pun mencoba peruntungan di dunia oranye tersebut. Nyali seorang penulis yang masih setengah-setengah seperti diriku waktu pertama kali buka Wattpad adalah wow, kaget!

Begitu banyak penulis yang sudah lama di platform ini memiliki pembaca yang banyak. Seperti kita tahu, contohnya seperti Luluk HF penulis Mariposa yang booming banget, beliau punya pembaca lebih dari 128 juta pembaca! Bayangin aja, 128 juta kali dibaca itu wow banget.





Penulis dengan pembaca sampai berjuta-juta kali semacam ini akan sering kamu jumpai di Wattpad. Nggak sedikit penulis yang menggaet pembaca dengan angka-angka yang fantastis, bisa dibilang banyak. Banyak banget. Karena, memang inilah Wattpad, platform yang membuat mimpimu menjadi penulis dunia terwujud. Di sini kamu akan menjumpai judul-judul yang menarik, cover yang eyecatchy, blurb yang membuatmu ingin membacanya, dan cerita yang beraneka ragam, semuanya ada di sini. Platform di sini memang yang paling laris ceritanya tentang romansa. Namun nggak usah khawatir, genre fantasy dan horor juga ikut laris manis di sini.

Waktu aku memulai sebagai penulis, yang baca nggak ada. Itu lumrah. Aku mengikuti saran-saran sesama penulis lama di Wattpad dengan cara promo-promo di wall orang atau DM akun secara personal. Awalnya aku rajin, but, setelah kulakukan. Aku baru tahu kalau cara itu kurang tepat, dan pembacaku bertambah cuman sedikit. Lalu, DM ke akun sesama penulis cuman untuk itu juga kemungkinan kecil akan disambut ramah sama mereka. Pengalaman, aku pernah digalakin gitu, tapi untungnya aku nggak baper. Aku memilih untuk masa bodoh dan melanjutkan promosiku ke lapak lain.

Next, cara lain yang kucoba adalah saling feedback sesama penulis. Aku senang dengan cara ini, selain mendapat vote balik, aku juga bisa mengeksplorasi bacaan baru dari teman-teman feedback aku. Tbh, kadang aku nggak suka sama ceritanya, tapi tetap ku-vote (karena aku juga memposisikan orang lain yang nggak suka baca ceritaku). Dengan memberikan vote, aku merasa berbuat baik aja gitu. Kalau ada cerita yang asyik dan kusuka, aku memasukkannya ke dalam daftar bacaanku tanpa perlu diminta penulisnya. Tapi sayang, cara ini kalau nggak dilandasi ketulusan juga nggak akan berhasil.

Banyak juga teman-teman yang minta feedback dariku, aku dengan senang hati menerimanya. Sudah kuselesaikan tugasku membaca karyanya, teman yang meminta feedback dariku ini malah mengabaikanku, istilahnya ingkar janji. Bahkan, ada juga yang unfollow akunku. Awalnya aku kecewa juga, tapi aku juga intropeksi diri aku pernah memperlakukan hal itu pada satu-dua orang. So, jangan ditiru yang ini guys, karma itu ada!

Jadi, cara keduaku berhasil tapi nggak mulus begitu ya. Aku coba cara lain, masuk ke komunitas kepenulisan. Kalau sudah masuk begini, kalian bakalan berkumpul dengan segala jenis penulis. Kalian juga nggak bisa seenaknya minta feedback seperti sebelumnya, semua punya aturan. Di komunitas, kita diajarkan untuk tumbuh bersama, bersaing sehat dan saling mendukung. Banyak juga komunitas yang justru menawarkan cerita-cerita kita dibukukan. Asyik, kan? Sambil nulis cerita, sambil belajar, dapat teman baru, bisa nerbitin buku juga!

Lalu, cobalah untuk aktif ikut lomba. Menurutku, ini cara yang paling fair, sih. Cara promosi yang nggak bikin makan hati ya ikutan lomba. Karena secara tidak langsung, kamu dapat exposure dari followers penyelenggara lomba maupun dari teman-teman sesama peserta lomba. Masalah menang atau tidak, itu harus diterima lapang dada ya guys, jadikan ajang pembelajaran dan alat tolak ukur sampai di mana cerita kita disukai. Cara ini memang agak sulit, karena untuk penulis anti-deadline malah males ikutan lomba akibat jangka waktu yang sudah ditentukan. Mungkin aja di lain waktu, kalian penulis anti-deadline tertarik ikut lomba untuk naikin viewers.

Cara selanjutnya yang kulakukan adalah share link ceritaku ke grup-grup kepenulisan, Instastory, status wassap, komen nggak jelas di Twitter, ini cara yang paling ampuh untuk menaikkan viewers. Apalagi kalau cover dan cuplikan cerita kamu menarik, dijamin orang yang lihat bakal klik ceritamu. Cuman, kadang capek juga share link terus-terusan. Bukankah kita ingin menggaet pembaca tetap yang selalu menunggu cerita kita, kan?

Seperti orang yang lagi jualan, kita harus mengemas produk kita dengan bagus. Ibaratnya, penulis adalah penjual, sedangkan cerita kita adalah produknya. Maka kita harus branding keseluruhan cerita kita melalui apalagi kalau bukan dari media sosial kita sendiri. Aku meringkas sebagian besar cara supaya bisa kamu praktekkan langsung.

1. Bersikaplah ramah kepada sesama penulis

Attitude adalah sesuatu yang penting di mana pun kamu berada. Apa susahnya sih, jadi orang yang ramah di Wattpad? Toh, kemungkinan kecil juga penulis Wattpad akan bertemu.

2. Sering interaksi dengan pembaca

Pasti kalian juga sering post sesuatu di wall kalian, kan? Jangan sedih kalau nggak ada yang menanggapi. Kamu harus konsisten dan tetap luwes mengajak diskusi orang-orang. Ada trik, untuk memancing pembaca komen adalah mengajak diskusi dengan sesuatu yang receh. Misal: Hai, apa kabar nih teman-teman?
Cuma pertanyaan simple, mungkin akan ada yang menoleh ke kamu? Who knows?

3. Adakan Giveaway

Walaupun cerita kamu nggak se-terkenal Harry Potter, nggak ada salahnya kamu ngadain giveaway kecil-kecilan. Memang ini membutuhkan modal, tapi kamu masih punya cara lain kok supaya kamu nggak berat di modal. Ajak penulis besar untuk gabung sama giveaway kamu. Dijamin ini bisa nampol naikin viewers.

4. Sering-sering posting di Instagram

Pembaca pasti tertarik kalau kita memiliki visualisasi menarik selain tulisan berderet-deret. Kamu bisa nih, pakai daya imajinasi kamu dengan buat desain quotes yang sederhana. Bikin trailer pendek ala-ala kamu. Bikin animasi yang bisa kamu pesan di jasa desain. Setidaknya, buat ceritamu hidup dari segi mana pun.

5. Rajin Update

Ini nih, cara jitu yang kebanyakan penulis Wattpad lakukan dan terbukti ampuh. Tapi, sudah saya coba untuk sering update cerita saya. Tetap tidak ampuh juga, wkwk. Tandanya, cerita saya memang kurang menarik. Terkadang, cara yang ampuh untuk saya bisa-bisa tidak ampuh untuk teman-teman lainnya,begitu sebaliknya. But, saya selalu mencobanya dan tidak pantang menyerah.

Sepertinya cara itu aja sih yang paling sering saya dan teman-teman penulis yang juga turut menyarankan saya. Fyi, melakukan semua ini memang butuh waktu, nggak bisa instant. Nikmati aja prosesnya, akan ada waktunya kamu mendapat apa yang terbaik untukmu dan karya-karyamu.

Buat kamu yang lagi berjuang, teruskan. Begitu banyak peluang di sana yang bisa kamu pilih. Daripada kamu nggak nyoba sama sekali, tandanya kamu nggak mau menghadapi tantangan yang berpotensi membawa kesuksesan kamu nanti.

Maaf banget kalau tulisan receh ini nggak jelas, semoga bermanfaat ya! Mari berteman denganku di Wattpad Takiyara Tayee. I'll see you guys!


Rabu, 06 Maret 2019

A Greatest Showman, Spectaculer Movie!



A Greatest Showman, nggak bisa berkata-kata lagi. Filmnya sangat menyentuh. Saya tahu film ini tentang film sirkus, tetapi ternyata lebih dari sirkus. Dari film ini, mengungkap sebagian kecil tentang dunia sirkus, tentang khayalan yang akhirnya menjadi nyata, namun kenyataannya tak seindah mimpi. Tentang kekeluargaan, dan tentang kepercayaan diri. Saya acungi jempol film ini. Dari segi seni, segi tata musik, kostum, semuanya sangat pantas untuk mendapat penghargaan film bergengsi. Sebelumnya, mari mengulas sedikit sinopsis singkat A Greatest Showman.

Sinopsis

Phineas Taylor Barnum, seorang penghibur di sirkus asli dari Amerika Serikat. Hal itu diakui secara internasional untuk kabar bohong di dunia hiburan. Ia mendirikan Barnum & Bailey Circus. Karena keberhasilan dalam presentasi di sirkus, Barnum menjadi salah satu orang terkaya di dunia di abad ke-19.

Barnum adalah seorang visioner yang bangkit dari keterpurukan selama hidupnya. Ia anak seorang penjahit yang miskin, dan dari sanalah ia bertemu Charity Hallett, istrinya. Barnum kecil sering mendapat perlakuan jahat karena ia miskin. Oleh karena itu, Barnum pun pergi ke New York, dan iapun belajar dan bekerja di sana. Barnum dan Charity saling mengirim surat, meski kedua orangtua Charity tidak menyukai Barnum karena miskin, Charity memilih untuk menghabiskan hidupnya dengan Barnum.



Kala itu, perusahaan tempat Barnum bekerja mengalami kebangkrutan. Akhirnya Barnum pun meminjam uang di bank. Ketika sedang mengantri, Barnum tidak sengaja melihat ada seseorang yang kakinya pendek, dan Barnum pun mencoba meliriknya. Dia tampak kaget karena orang berkaki pendek itu bukan anak-anak, melainkan kerdil. Barnum agak kaget karena pria kerdil itu menegurnya dengan gertakan.

Akhirnya, Barnum meminjam uang di bank untuk membuka sebuah museum yang penuh dengan lilin. Barnum dan keluarga kecilnya pun membangun museum kecil itu sebagai pertunjukan dan menjual tiket ke daerah-daerahnya. Namun tiketnya tidak laku dikarenakan masyarakat tidak menyukai itu. Anak-anak Barnum, Caroline dan Helen nyeletuk kepada ayahnya, "Kita butuh sesuatu yang bergerak, semua di museum itu hanya patung. Terlalu banyak patung disana." Dari kritikan yang disampaikan anak kecil itu, Barnum pun berusaha untuk mencari ide bagaimana museumnya bisa dikunjungi orang-orang. Teringatlah ia dengan orang kerdil yang ia temui di bank itu.



Barnum pun mencari orang-orang unik di sekitarnya dan mengajak mereka bergabung untuk menggelar pertunjukan sirkus sesuai dengan keunikan mereka. Ada si penyanyi wanita yang berjenggot, ada si kerdil, ada si manusia penuh tatto, ada si manusia tinggi, dan masih banyak lagi. Dari pertunjukan pertama sukses membuat penonton ketakutan, namun setelah melihatnya, mereka kembali bahagia dan terhibur. Di tengah-tengah penonton, di abad itu, kritikus seni mengatakan bahwa sirkus itu adalah kebohongan. Barnum memang sengaja menyebarkan berita-berita bohong agar orang-orang tertarik dan penasaran pada pertunjukannya. Barnum juga mengajak Phillip Carlyle, aktor yang sudah mulai redup reputasinya untuk bekerja sama di pertunjukan sirkusnya sebagai satu dari sekian daya tarik.

Penolakan pertunjukan sirkus pun terlihat ketika tulisan kritikus seni tersebut dimuat di koran. Barnum yang tadinya sangat bangga akan capaiannya, terus berusaha membuat kritikus seni itu tidak mencemoohnya. Seiring berjalannya waktu, Barnum pun mencari cara agar mereka diakui, mereka disegani. Muncullah Jenny Lind, penyanyi orkestra dari Inggris yang memikat hati Barnum karena suaranya, bukan yang lain lho ya.



Karena sibuk mencari ketenaran dan pembuktian bahwa sirkusnya tidak seperti yang dikatakan di dalam koran, akhirnya Barnum dan Jenny Lind mengadakan tur konsernya. Hingga pada di titik dimana Barnum agak nyeleweng dari sirkusnya, para pemain sirkus dan pemusik itu berusaha menarik perhatian Barnum kembali. Mereka lelah dikata-katai dan dicemooh oleh haters mereka. Terjadilah pertengkaran, dan membuat gedung Barnum Circus terbakar.

Dari sanalah, Barnum menyadari jika ia sudah terlalu jauh terlibat dalam pertunjukan Jenny Lind. Akhirnya, ia pun kembali ke sirkusnya, mencari sesuatu yang baru, dan sirkus yang diadakannya tidak memiliki gedung melainkan tenda besar yang bisa mereka sewa dimana saja. Di akhir cerita, Barnum menyerahkan sirkusnya kepada Phillips dan ia ingin menjalani hidupnya bersama keluarganya.

Review

Wow.
Film ini dianjurkan untuk Anda yang suka film musikal, karena di awal film hingga di akhir, akan ada banyak nyanyian. Kalau tidak suka, Anda akan merasa bosan dan menganggap, kebanyakan nyanyi nih! Orang-orangnya aneh-aneh, ih.
Well, saya tidak terlalu suka film drama musikal, tetapi ada pengecualian. Apabila drama musikal itu, lagunya benar-benar bisa diserap dengan baik di telinga saya, saya akan tetap menontonnya sampai habis. Dan ini berlaku pada film A Greatest Showman.

Menurut saya, porsi yang disampaikan sang sutradara mengenai kehidupan titik nol P.T. Barnum sudah pas, tidak perlu ditambahkan lagi. Suguhan cerita yang singkat tentang masa kecil Barnum sudah mewakili mengapa ia bisa menjadi seorang visioner yang tidak pernah puas. Dari segi kostum, saya nggak mau komen karena saya melihatnya itu bagus-bagus saja untuk film pertunjukan.

Dari segi musik, saya rasa ini bagian paling the best. Lagu-lagunya semuanya enak! A Million Dreams, This Is Me, Rewrite the Star, dan masih banyak lagi, tapi saya kurang hafal, dan yang terfavorit, Never Enough. Scene terbaik dan yang paling menyentuh adalah ketika Jenny Lind menyanyikan lagu Never Enough dengan ekspresi yang membawa penontonnya menangis. Lagunya memang menggambarkan keinginan yang lebih dan lebih untuk mendapatkan sesuatu dan tidak akan pernah berhenti sampai disitu. Luar biasa scene ini, bagus!

Setelah di Les Miserable, Hugh Jackmann kayaknya emang pantas untuk memerankan drama musikal seperti ini.Aktor ini pas banget memerankan P.T. Barnum. Tapi, jujur saya nggak terlalu suka dengan scene yang ada Zac Efron dan Zendaya, kurang asyik aja. Dalam film itu Barnum terlalu dominan di film itu sehingga saya kurang mendapat feel di scene-nya Zac Efron, sorry to say. Tapi selebihnya, semuanya terlihat eksklusif.

Fakta Cerita P.T. Barnum

Saya mendapat artikel ini dari Wikipedia, namun saya mencoba untuk merangkumnya agar Anda para pembaca bisa mengetahui sekilas tentang ini.



Fakta sesungguhnya, P.T. Barnum tidak pernah bekerja sama dengan Phillips Carlyle. Barnum juga menarik perhatian pengunjung museumnya dengan cara curang. Ia merekrut orang-orang yang berkebutuhan khusus dan menyebar hoax alias berita bohong mengenai orang-orang tersebut. Orang pertama yang direkrutnya adalah seorang mantan budak wanita yang buta dan nyaris lumpuh total bernama Joice Heth. Barnum menyebarkan kabar bohong di Philadelphia dengan mengatakan bahwa Heth merupakan seorang mantan asisten perawat George Washington dan berusia 161 tahun.

Dari film tersebut dapat dilihat kelicikan yang dilakukan oleh Barnum demi meraih keuntungan. Orang-orang yang berkebutuhan khusus benar-benar dimanfaatkan sekadar sebagai objek untuk mendatangkan keuntungan. Sangat bertolak belakang dengan kisah di film, ketika sosok Barnum digambarkan penuh cinta kasih dan peduli akan kesetaraan orang-orang berkebutuhan khusus tersebut. Tetapi, untuk menjaga kenetralisasian dalam perfilman, sebaiknya fakta ini hanya sebagai pengetahuan saja.

Well, done! Nggak kaget kalau nih film mendapat penghargaan yang banyak dari Golden Globe Awards. Sampai jumpa di review film yang lainnya, jangan lupa tinggalkan komen. Tchao!

Sabtu, 02 Maret 2019

Everything Everything, Nick Robinson and Amandla Stenberg Keren Banget!




Akhir-akhir ini, saya memantau aktor tampan Nick Robinson dan Amandla Stenberg karena film ini. Everything, Everything, film yang dirilis tahun 2017 lalu menambah daftar perfilman yang mengangkat dari sebuah novel.

Sinopsis

Based of the book Nicola Yoon, Amandla Stenberg berperan sebagai Maddy, gadis usia 18 tahun yang mengidap penyakit SCID, penyakit immuno-defisiensi yang mencegahnya meninggalkan rumah dan berinteraksi dengan orang lain sehingga seumur hidupnya ia tidak pernah keluar dari rumahnya karena penyakitnya yang akan mematikan dirinya jika ia berani keluar dari rumahnya. Jadi, selama 15 tahun ini dia dirawat oleh ibunya  Pauline Whittier (Anika Noni Rose), merawatnya dengan bantuan perawatnya Carla (Ana de la Reguera). Maddy benar-benar hidup terisolasi.

Di awal film ia menceritakan kehidupan membosankannya yang memiliki rutinitas itu-itu saja. Dia suka menggunakan baju putih dan stok bajunya lebih dari 3 stel. Dia sering membayangkan dunia luar itu seperti apa. Lalu, tidak sengaja Maddy melihat ke luar jendela rumahnya. Dia melihat ada seorang anak lelaki bersama keluarganya baru pindah rumah di samping rumah Maddy persis.



Yap, dialah si tampan Olly (Nick Robinson).Ternyata, Olly juga melihat Maddy. Mereka saling memandang saat Maddy melihatnya melalui jendela. Ini adegan bikin dagdigdug, senyuman Olly sih yang lebih kelihatan melegakan. Ketika di malam hari itu, Pauline dan Maddy sedang menonton film, Olly beserta adiknya, Kayra (Taylor Hickson), muncul di depan pintu rumah mereka dan menawarkan kue bundt. Pauline dengan sopan menolaknya dan ketika Pauline akan menutup pintu, Olly bertanya di mana putrinya berada. Pauline berbohong dan memberitahunya bahwa Maddy tidak ada di rumah. Terungkap juga bahwa ayah Olly sangat kasar dan hubungan mereka renggang, sehingga keluarga Olly pindah ke California karena ingin menghindari ayahnya yang bermasalah dengan minuman keras.


Seiring berjalannya cerita, Maddy dan Olly saling tertarik. Kebetulan, jendela kamar Maddy bersebelahan dengan jendela kamar Olly sehingga mereka saling bertukar nomor telepon melalui pesan yang ditulis tangan dan diperlihatkan melalui jendela. Jadi keinget video klipnya Taylor Swift You Belong With Me, hihi. Dari situ, kehidupan Maddy seperti lebih berwarna. Apalagi sikap Olly perhatian sekali dengannya, memicu kebaperan.



Sejak kenal dengan Olly, Maddy juga lebih berani dan mencoba bermain, ngobrol dengan Olly tanpa sepengetahuan ibunya. Maddy tahu, tidak ada yang boleh masuk ke rumahnya selain ibu dan Carla. Carla masuk ke rumahnya saja harus melakukan pembersihan dahulu, bagaimana orang lain? Namun, Maddy curhat kepada Carla jika ia ingin mengajak Olly ke rumah itu.  Karena kasihan, Carla pun membantu keinginan Maddy yang ingin mengundang Olly ke rumahnya. Momen-momen canggung tersebut membuat Maddy dan Olly makin saling suka.

Ada satu kutipan, intinya, "Kamulah yang membuatku betah ada di California."Yap, sederhana, tapi rasanya cukup mengungkapkan bahwa Olly tulus menyukai Maddy. Dan anehnya, ketika Olly dan Maddy ini saling bertemu, penyakit Maddy nggak kumat. Nggak menimbulkan gejala apa-apa.
Kedatangan Olly ternyata diketahui oleh ibu Maddy, dan ibunya sangat marah kepada Maddy dan Carla yang bersekongkol mengundang Olly ke rumah. Peraturannya, tidak ada yang boleh masuk ke rumahnya selain Carla dan mereka berdua. Alhasil, Carla dipecat tanpa ada alasan oleh Pauline.

Kemarahan ibunya makin membuat Maddy nekad ingin keluar dari rumah. Ia sudah nggak tahan terus menerus dikurung seperti itu. Maddy ingin merasakan berenang di laut, ia ingin berjemur di bawah sinar matahari. Singkat cerita, ia kabur dan mengajak Olly ke Hawaii menggunakan kartu kredit ibunya. Olly dan Maddy benar-benar romantis dan menikmati liburan sembunyi-sembunyi mereka. Maddy ingin membuktikan kepada ibunya bahwa ia bisa bertahan di lingkungan luar tanpa takut penyakitnya.

Dan ternyata benar, Maddy sebenarnya nggak punya penyakit apa-apa. Selama ini ia dikurung karena ibunya punya kekhawatiran yang amat tinggi. Lebih tepatnya seperti trauma yang berlebihan. Sebelum Maddy dikatakan mengindap SCID, ayah dan adik Maddy meninggal karena kecelakaan, dan hanya dia yang selamat dari kecelakaan itu. Sejak saat itu, ibunya sangat khawatir akan terjadi seperti itu jika ia membiarkan Maddy keluar rumah seenaknya. Maddy marah, tapi juga menyayangi ibunya yang terlalu mengkhawatirkannya. Rahasia itu sudah diselidiki Maddy sejak lama, namun baru kali ini Maddy mengetahui kebenarannya. Seorang dokter juga menegaskan bahwa Maddy tidak pernah memiliki SCID, hanya sistem kekebalan tubuhnya yang kurang berkembang karena hidup di udara yang bersih dan disaring sepanjang hidupnya.

Hasil gambar untuk everything, everything


 Review

Awalnya saya kurang suka dengan film ini karena mengusung tema tentang penyakit. Saya sudah lelah melihat film-film bertema penyakit seperti sebelum-sebelumnya. Tapi lama kelamaan saya suka jalan ceritanya. Sangat menghibur, dan nggak berlebihan. Disini Anda bisa melihat kisah percintaan remaja yang polos. Nggak tau, rasanya itu melihat chemistry kedua aktor ini bisa dapat aja feelingnya. Mereka sama-sama manis. Semua seperti serba wajar di film ini. Tapi senang kalau lihat yang begini, bisa senyum-senyum sendiri. Apalagi senyum Maddy manis banget.

Mungkin memang begini ciri khas film yang dibuat dari novel, selalu terlihat jelas deskripsinya, mulai dari bagaimana aktivitas tokoh utamanya, kesukaannya, dan permasalahannya. Kalau film yang tidak diadaptasi dari novel, rata-rata selalu to do point dengan jalan cerita mereka tanpa perlu repot-repot mengulas detail sesuatu.

Akting Nick Robinson disini tetap seperti di film Krystal. Namun, menurut saya cukuplah menggambarkan karakter Olly yang cuek tapi juga lucu. Menariknya lagi, Amandla Stenberg berhasil memerankan Maddy dengan baik. Tidak berlebihan, juga tidak terlalu menggenaskan. Intinya, film ini cocok untuk pecinta drama yang tidak ingin menangis, dan cocok untuk yang ingin mengagumi tampannya si Nick.

Soundtrack filmnya pun juga cukup enak, ada yang paling saya sukai, judulnya Let My Baby Stay, lagu yang dicover oleh Amandla Stenberg sendiri, silahkan cari di Youtube. Disini juga ada lagunya Alesia Cara yang Stay, Billie Eilish yang Ocean Eye, enak, dan pas. Kira-kira, ada film apalagi yang akan diangkat dari novel? Kalau disuruh memilih, novel apa yang ingin diangkat menjadi film? Kalau saya pribadi, saya ingin novel Strays karya Ron Koertdge diangkat menjadi film karena novel itu bagus banget.

Terima kasih sudah simak review saya. Ditunggu lagi review-review sederhana saya! See ya!

Senin, 25 Juni 2018

Nick Robinson Main Film di Love, Simon

Simon mencintai siapa di film "LOVE, SIMON"? 





Genre film satu ini cukup menipu penontonnya. Kupikir, ceritanya tentang romance anak muda seperti biasanya, eh ternyata ini romance dimana pria menyukai sesama jenis.

Asal-Usul Film "Love, Simon"

Love, Simon diangkat menjadi film yang berdasarkan novel Simon vs. Homo Sapiens Agenda karya Becky Albertalli. Film ini disutradarai oleh Greg Berlanti da  ditayangkan pertengahan Mei 2018. Pemeran utamanya adalah Nick Robinson. Lalu adapula Josh Duhamel dan Jennifer Garner yang terlibat dalam film ini. Ada Katherine Langford, Alexandra Shipp dan masih banyak lagi yang terlibat dalam film ini.

Sinopsis Singkat

Simon Spier, seorang remaja laki-laki yang memiliki 3 sahabat dengan sifat yang tertutup sekaligus pemalu. Setiap hari, Simon selalu menjemput ketiga sahabatnya ketika berangkat sekolah dengan mobilnya. Diceritakan mereka memang menjalani kehidupan seperti biasa. Berangkat sekolah dengan ceria. Menerima pelajaran dengan baik. Punya teman-teman yang asyik.
Kejadian dimulai pada saat Simon berpapasan dengan seorang pria bertubuh kekar yang merupakan tetangga barunya. Dan tiba-tiba saja ia mendapat pesan email dari seseorang. Simon merasa bahwa yang mengirim teks itu adalah tetangga barunya. Tapi Simon masih mencari tahu siapa yang sudah mengirimi pesan kepadanya. Simon jatuh cinta dengan pria yang mengiriminya email.




Review 

Awalnya mencoba menebak-nebak, sebenarnya siapa yang disukai oleh Simon. Lama kelamaan, scene by scene, saya selalu berpikir positif thinking kalau film ini mengarah kepada remaja laki-laki yang sulit mengungkapkan cinta kepada seorang gadis. Perkiraan saya salah setelah melihat reaksi Simon ketika bertemu dengan pelayan pria yang menurut saya lumayan tampan. Wajah Simon tampak malu dan penasaran. Dari situ, saya pun paham. Film ini memang cerita cinta sesama jenis.



Jujur, awal pertama saya tertarik dengan film ini karena aktor yang memerankan Simon, ganteng. Sebelumnya saya sudah pernah melihat filmnya. Oleh karena itu, saya mau menonton filmnya lagi. Tapi nyatanya cerita filmya tidak terlalu menarik bagi saya.
Film ini tidak saya sarankan untuk penikmat film yang tidak suka percintaan sesama jenis. Namun, sangat saya sarankan kepada pecinta film yang suka dengan hal baru karena penonton akan mengetahui bagaimana isi hati laki-laki yang sedang jatuh cinta terhadap pria. Dari segi cerita memang unik, hanya saja untuk setting tempatnya biasa saja. Masalah ceritanya pun datar-datar saja. Rasanya tidak ada hal yang menegangkan atau mengejutkan sama sekali. Seperti garis lurus, flat. Namun, setidaknya film ini berani untuk mengungkapkan bahwa kisah percintaan tidak melulu kepada gadis dan laki-laki.


Sekian review dari saya, semoga bermanfaat sebelum maupun sesudah menonton filmnya. Setuju atau tidak, ini hanya review pribadi, ya. Jangan lupa tinggalkan komentar untuk tanggapan kalian. Tchao!

Kamis, 09 November 2017

Cara Menerbitkan Buku Melalui Gramedia, Begini Caranya!

Gramedia Pustaka Utama

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Bagian dari Grup Penerbitan Kompas Gramedia, Indonesia

KETENTUAN PENGIRIMAN NASKAH GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA


  • Ketika lagi iseng-iseng baca Twitter Gramedia, saya menemukan ini di salah satu tweet-nya. Saya hanya memposting ulang ulasan dari pihak Gramedia. Budayakan membaca sebelum bertanya. :) Tengkyuuu... Semoga bermanfaat untuk semuanya. Share jika memang perlu ya netizen.
  • Kami menerima naskah dari penulis untuk diterbitkan, bila naskah tersebut memenuhi standar penerbitan.
    KETENTUAN UMUM:
    1. Tebal naskah 100 s.d. 200 halaman.
    2. Untuk buku anak, lengkapi dengan contoh ilustrasi dan konsep cerita, terutama untuk buku berseri.
    3. Ukuran font 12pt, dengan spasi 1,5.
    4. Tema naskah bebas, tidak menyinggung SARA dan tidak vulgar.

    PILIH SALAH SATU CARA PENGIRIMAN NASKAH DI BAWAH INI:
    Printout:
    1. Ukuran kertas A4 atau folio.
    2. Naskah sudah dijilid.
    3. Sertakan ringkasan cerita/sinopsis.
    4. Sertakan data diri singkat (nama, alamat, nomor telepon, alamat e-mail).
    5. Setelah naskah masuk akan dipertimbangkan oleh tim editor paling lambat 3 bulan. Naskah yang tidak lolos seleksi tidak akan dikembalikan dan akan dimusnahkan.
    6. Untuk memudahkan proses seleksi/pengategorian, cantumkan jenis naskah di sudut kiri atas, seperti:
    -Fiksi
    -Nonfiksi
    -Remaja
    -Dewasa
    -dll.
    E-mail:
    Kirimkan naskah dan data diri melalui e-mail ke fiksi@gramediapublishers.com atau nonfiksi@gramediapublishers.com dengan subject Naskah: JUDUL.
    Gramedia Writing Project:
    Buat akun di situs resmi Gramedia Writing Project, lalu unggah sebagian naskah dan sinopsis.
    ________________________________________
    Kami tidak memungut bayaran apa pun dari penulis.

    Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi Redaksi Gramedia Pustaka Utama 53650110 ext. 3511/3512 atau via e-mail: fiksi@gramediapublishers.com atau nonfiksi@gramediapublishers.com

Selasa, 21 Februari 2017

Apa Itu Film Noir?


Film Noir? Apa Itu?



Sepekan yg lalu, saya tidak sengaja menonton film berjudul Watchmen di tv lokal. Film ini sangat lama untuk ukuran durasi pada umumnya. Hampir 3 jam lamanya film ini diputar dan estimasi waktu tersebut belum termasuk iklannya. Hehee. Baru sadar kalau yang membintangi film ini adalah Billy Crudup, aktor favorit saya. Padahal waktu itu saya sedang tidak ingin menonton film, namun saya perlu banyak berterima kasih kepada tv lokal yang telah menayangkan film ini. Watchmen yang saya lihat versi tayangan tv ini cukup menghibur saya sekaligus menarik minat saya untuk mengulas genre yang berbeda dari DC Comic ini. Saya teringat dengan sebuah film yang pernah saya lihat di salah satu stasiun tv interlokal (tv kabel). Judulnya adalah Sin City. Film ini diperankan oleh aktor dan aktris besar seperti Clive Owenn, Jessica Alba, Bruce Willis. Film ini berlatar hitam putih, hampir seluruhnya hitam putih. Unsur gelap dan aura jahat sangat kental di dalam film ini. Selain itu, dari segi penceritaan pun Sin City mengambil sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan film. Apa yang berbeda? 

Biasanya di film Hollywood ataupun film Indonesia, tokoh utama menjadi tokoh yang paling heroik, paling baik, paling cerdas, dan paling-paling lainnya. Namun, film bergenre Noir ini tidak. Justru tokoh yang diangkat oleh film ini merupakan sisi jahat dari tokohnya. Mungkin ini yang disebut dengan film Noir. Dan menurut saya dapat menjadi kategori film yang disebut film Noir. 
Saya akan memperjelas lagi definisi film Noir. Film noir merupakan genre film yang mengutamakan karakter dari sisi gelapnya, bersetting hitam putih, serta mengusung cerita yang berbau sensual. Dan ciri-ciri yang paling sering ditemui dalam film Noir adalah narasi si narator sangat datar dan panjang. Begitulah yang muncul di film Watchmen dan Sin City. Dimana Watchmen ini adalah penjahat yang menghancurkan dunia akibat rasa dendamnya. Dan Sin City menggambar setiap tokoh di scene pendeknya sebagai penjahat.



Namun, Watchmen tidak dianggap sebagai film Noir oleh IMDB karena jika dilihat dari rumah produksi, Watchmen ini masih tergolong kategori film DC Comic meski tidak bisa ditayangkan kepada anak-anak di bawah usia 17 tahun ke bawah.
Tapi, menurut saya, film Watchmen layak untuk dikatakan sebagai film bergenre Noir.


Film noir sendiri sebenarnya tidak terlalu banyak dilirik oleh sineas dunia karena menurut catatan IMDB, film bergenre ini hanya terkenal di tahun 1950-1970 an saja.
Jadi, sudah jelas bukan film noir itu seperti apa? Saya mulai tertarik dengan film jenis ini. Mungkin jika ada yang lebih tahu judul film genre noir bisa share di komentar ini.

Jumat, 25 November 2016

Film Samin vs. Semen: Totalitas Perjuangan Petani-Petani Samin


Sebuah film karya anak bangsa, Samin vs. Semen merupakan sebuah film dokumenter yang diproduksi pada tanggal 3 Maret 2015 oleh Watchdog, disutradarai oeh Dandy Laksono. Film dokumenter ini menghadirkan paparan fakta melalui sisi dari Sedulur Sikep, pengikut ajaran Samin yang berasal dari Kecamatan Sukolilo, Pati.

Awal dari scene film ini digambarkan hamparan sawah yang hijau dan luas, menandakan tanahnya subur. Tanah yang dimaksudkan adalah tanah milik masyarakat Samin yang subur. Namun, kini mulai dimasuki oleh industri Semen Gresik membuat kegelisahan sekaligus aksi protes dari masyarakat Samin. Masyarakat Samin mempermasalahkan dampaknya apabila industri tersebut benar-benar menguasai daerah mereka. Film ini mengambil tiga setting tempat yang sama-sama menolak sSemen Gresik masuk ke daerah mereka. Rata-rata mata pencaharian warga Samin berprofesi sebagai petani. Oleh sebab itu, mereka sangat bergantung pada tanah-tanah yang ada di Pati dan Rembang.

Perjuangan mereka pun penuh keberanian, dalam film ini mendokumentasikan bagaimana petani-petani perempuan melawan aparat keamanan negara. Bagi mereka, tanah tidak bisa habis selama tidak ada yang dijual. Maka sebaliknya, tanah dijual dan menjadi uang yang akan cepat habis. Mereka meyakini bahwa tanah pertanian mereka dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Oleh sebab itu, solidaritas masyarakat Samin cukup membangun sebuah kesalutan dari penonton. Gunarti, sosok wanita cerdas yang menuturkan bagaimana caranya beternak dan bertani dengan segala kekurangan dan keuntungan yang mereka dapatkan. Hal ini menjadi gambaran penting dalam film ini. Tidak hanya Gunarti saja yang berjuang, melainkan Gunretno, pria yang terus mencari keadilan bagi lahannya pun juga turut bergerak. Gunretno menjadi bagian dari petani Rembang yang menolak Semen Gresik masuk ke Rembang. Bahkan ia menggerakkan warga terutama ibu-ibu sebagai pendukung aksinya ini. Hal ini menandakan bahwa orang-orang Samin sangat menjunjung tinggi cara mempertahankan lahan warisan nenek moyang mereka untuk anak cucu di masa yang akan datang.

Berdasarkan hasil diskusi yang diadakan oleh LPM SITUS FIB UNAIR (10/11) menyimpulkan bahwa film dokumenter ini tidak hanya sudut pandang Ekspedisi Indonesia Biru saja melainkan juga mengangkat isu mengenai kemanusiaan, kapitalisme yang tidak mudah diterima dalam masyarakat Samin. Tidak dipungkiri jika perusahaan besar seperti Indo Semen turut menjadi bagian pembangunan negara. Akan tetapi tidak seharusnya permasalahan ini menganggu ekosistem alam di daerah Rembang dan sekitarnya.
"Jika tanah kami dijual, maka akan menghasilkan uang. Uang akan cepat habis. Tetapi jika kami punya sawah tidak akan pernah habis untuk anak cucu kita," kurang lebih begitu tutur orang-orang Samin menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pembangunan pabrik semen tersebut.
Namun sangat disayangkan film berdurasi 39 menit ini benar-benar memusatkan sudut pandangnya melalui masyarakat Samin saja. Apabila pihak Semen Gresik disorot pula, maka penonton akan memilih kesimpulannya sendiri sesuai dengan fakta yang telah ditayangkan dalam film dokumenter ini.